artikel

[Artikel][threecolumns]

ruparupa

[RupaRupa][grids]

lontar

[Lontar][twocolumns]

"Penguasa Bukan Tuhan!" dan "Angan Kosong"

 Penguasa Bukan Tuhan!

Wanita itu termenung
Sesekali menatap hingar bingar kota
Bising knalpot dan klakson mobil
Makian dan umpatan

Wanita itu termenung dengan
tangis tak berair mata dan
ulur tangan yang tengadah
Menantang langit
Menantang Tuhan
Seakan berkata
“Engkau tidak adil!”

Ia bosan pada hidupnya
Diselimuti takut tiap malam
Dihardik sedemikian rupa
Namun ia tahu
Lelaki yang ia hunjam disebuah bilik
Dengan hunjaman penuh harapan
Suatu saat akan mendekapnya
Dan berbisik dalam diam
“Aku menjemputmu menuju kesejahteraan”

Panas dan dingin aspal meringkusnya saban hari
Ia berkukuh
Menunggu pembebasan dari penguasa
Dari manusia kepercayaan
Dengan tangan menengadah
Kepala tertunduk
Suara isak tangis
Semakin dalam
Semakin keras
Hingga air mata menghujani pipinya
Keriput dan basah

Kelopak matanya berguncang
Menumpahkan air mata
Setelah penantian panjang
Tak menentu
Ia baru sadar
“Penguasa bukan Tuhan!”

4 Februari 2016


Angan Kosong

Kala gonggongan anjing membelah gelap
Di sunyi ibu kota
Manusia masih sibuk dengan angan dan mimpinya
Yang kian hari kian meracau

Aku masih terselimuti lamunan panjang
Tentang harga diri dan masa depan
Tentang mayat dan orang hilang
Tentang kertas penuh teori
Tentang manusia yang kian ganas
Termakan berita tolol
Ah, sampah!

Anjing masih saja menggonggong
Dari segala penjuru mata angin
Saling menyahut
Dan aku tetaplah berfikir bodoh
Jikalau aku tak peduli
Akan sekelumit misteri yang kuanggap hanya gurauan
Apakah aku masa depan adalah aku hari ini?
Yang terseok di pekuburan
Mencoba lari kesana kemari
Jatuh dan terhuyung
Berkali-kali
Hingga tiada

Aku tahu
Besi tidak akan menjadi pedang
Jika aku tetap berteman dengan kantuk
Dan kopi yang entah kenapa tidak tahu
Bahwa aku ingin tetap terjaga
Mengurai simpul rumit semesta

Ah sudahlah
Anjing sudah berhenti menggonggong
Malam pun juga sudah ditelan pagi
Aku masih saja berbaring
Berselimut kantuk
Bermimpi
Menjadi anjing.

5 Februari 2016


Muhammad Firdaus
Pustakawan, pembuat puisi bayaran, pemulung pemean, pedagang unggas, pelawak antiklimaks, pengosek WC, model rokok seram. Pernah menggelandang di ibu kota selama beberapa bulan. Punya semua media sosial kecuali Snapchat. Musik indie sebagai identitas diri. Semarang adalah kelambu jiwanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar