artikel

[Artikel][threecolumns]

ruparupa

[RupaRupa][grids]

lontar

[Lontar][twocolumns]

Skuat Misykati vs Skuat Himmah; Sebuah Pertandingan yang Menggembirakan



Matahari masih sombong dengan panas teriknya ketika aku, Wahyudin, dan Zaza menuju Nadi Sallab. Sesampainya di sana, kulihat baru beberapa suku 61 yang sedang stretching. Padahal, sore ini akan ada pertandingan besar melawan almamater sebelah, Himmah.

"Liyane ndi, ki?"
"Ha mbuh, cah ngisor ki ancen og,"  jawab Supri .
Keterlambatan skuat Misykati bukan hal baru. Dulu saja pernah memesan lapangan untuk dua jam, tapi  cuma main barang satu jam. Gara-garanya, telat datang. Ngelantur, Broh!

Namun yang kali ini lebih mendingan. Keterlambatannya tak parah. Pukul empat lebih lima cheerleaders cantik sudah berjingkrak gembira. Lima menit kemudian, wasit meniup peluit. Pertarungan dimulai.

Sore itu skuat Misykati bisa dibilang gemuk. Semua suku turun lapangan. Mulai dari suku Darrasa hingga Zahro, semua turun meladeni tantangan marga Himmah, para alumni pondok Amanatul Ummah, Pacet, Jawa Timur.

Sementara  Himmah, mereka hanya memboyong sekitar lima belas sampai dua puluh pemain. Sedikit, memang, tapi  mereka mantul mainnya. Meski pertandingan ini resmi terdaftar di Persatuan Sepakbola Antar Almamater (PSAA), skuat Misykati tetap saja heboh. Mereka ludrukan. Tanpa seragam dan tak bisa tak tenang. Sering cekikikan.

Semakin sore, jual beli serangan antardua skuat semakin kencang. Dalam catatan panitia, puluhan gol tercipta. Saking banyak dan cepatnya skoring, panitia tak mau lagi mencatat. “Aku tak melu main, ah. Guayeng, og,” kata Tebhe si panitia.
***

Dari bilik lain, lapangan voli, terdengar teriakan Dulpli kala menonton mba-mba’annya: Aini.
"Ayo mbak, entekke!!!"
“Apanya, Dek Dul?” jawab Aini sambil menyervis bola.
“Anu, aaa, Mba :D”

Aini memang idola. Hampir 99,9 persen servisnya tak kembali. Pukulan lembut nan menukik darinya selalu saja membuat lawan kewalahan. Sontak para penonton berteriak “Masuk mba Ai” ketika servisnya berbuah poin.

Usut punya usut, mba Ai ternyata alumni Voli Srikandi KSW. Dia dilatih langsung oleh master voli wanita, Coach Chury Kary. Menurut doi-nya, di rumah ia memang kerap memainkan bola voli. Tak kenal waktu dan tempat.

Namun, mba Ai tak sepenuhnya bermain spektakuler. Satu persen dari 99 persen servisnya melambung tinggi dan menyamping. Keluar lapangan dan beberapa kali menghantam sopir tuktuk yang lewat di luar lapangan. Tuhan memang adil. Ada baik ada buruk.
***

Tepat pukul 18.50 CLT semua wasit baik yang futsal ataupun voli meniup peluit panjang. Itu tandanya pertandingan usai. Sepuluh menit jelang pukul tujuh malam, digunakan untuk berfoto ria bersama-sama.

Walau kaos basah sebab keringat, semua wajah memasang paras gembira. Lelah? Lewat. Untuk melengkapi kegembiraan sore itu, Arina Embem usul: “Ayok bikin boomerang, gaes!!!”
Yeay.


Wahyu Musyafi
Penggiring bola. Warga Sahah Indonesia yang kerap dijuluki "Mudir Sahah". Mantan ketua OPPK yang memiliki banyak fans perempuan dari angkatannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar