Inilah 7 Hal Baru Dalam Pemilihan Ketua Misykati 2019 (Nomor 7 Paling Kinyis-Kinyis!)
Kalian
pasti sudah tahu dong tentang geger-geger bahwa akan ada pemilu Misykati
dalam waktu dekat ini. Berhubung pemilu tahun ini memiliki konsep baru, tentu
perlu adanya pengenalan tentang hal-hal baru apa saja yang ada di pemilu tahun
ini dan alasan-alasan kenapa sih sistem pemilu yang dulu perlu dirombak.
Nah,
berikut kami paparkan sekilas mengenai pemilihan yang lalu, masalah-masalahnya,
dan solusinya sehingga tercetuslah 7 hal baru dalam pemilihan ketua Misykati
tahun 2019.
1. Dulu
cuma one-night stand, sekarang butuh 28 hari waktu pelaksanaan
Pemilihan
tahun-tahun lalu, sedikitnya yang penulis saksikan langsung sejak tiga periode
yang lalu, hanya membutuhkan beberapa jam rangkaian acara yang terdiri dari
beberapa tahap, yaitu:
Pertama,
pemilihan bakal calon. Biasanya terpilih 5-10 bakal calon dari proses ini. Cara
menentukannya yaitu dengan mengajukan nama-nama bakal calon yang dilakukan oleh
hadirin, kemudian ditampung oleh moderator dan ditulis di papan tulis, kemudian
disahkan untuk dijadikan bakal calon untuk diseleksi di tahap berikutnya. Pada
pemilihan terakhir, tahun 2018, tahap ini dihapuskan.
Kedua,
pemilihan kandidat ketua. Hadirin menuliskan nama bakal calon yang ingin
dipilih menjadi kandidat ketua. Setelah suara terkumpul dan dihitung, 3 nama
dengan suara terbanyak—yang hadir di acara tersebut—dinobatkan sebagai kandidat
ketua.
Terakhir,
ketiga kandidat memaparkan visi-misi kemudian hadirin memilih 1 dari 3 kandidat
ketua. Kandidat yang mendapat suara terbanyak dinobatkan sebagai Ketua Misykati
periode baru.
Sedangkan
pada pemilihan tahun ini, rangkaian acaranya menghabiskan 28 hari waktu
pelaksanaan!
“Suwinee,
Cah! Bukankah itu buang-buang waktu dan malah kemunduran?”
Tidak
sesederhana itu, Mbah Daus!
Tradisi
one-night stand dalam pemilihan Misykati, saya kira kita semua cukup
tahu akan ketidakberesannya. Semisal ketidaksiapan kandidat, terpilihnya
kandidat yang tidak tepat, dan sebangsanya, yang semuanya berimbas pada
kepengurusan Misykati satu tahun kedepan.
Demi
meminimalisir hal-hal yang tak diinginkan di atas dan tercapainya tujuan kita
bersama; kemajuan Misykati lewat tangan pemimpin yang terbaik, perlu adanya
persiapan lebih. Karenanya, menimbang
tujuan dan cara-cara yang akan dilakukan, pemilu Misykati diestimasikan butuh
28 hari waktu pelaksanaan. Demikian, Mbah Daus.
*Mbah
Daus adalah sosok imajiner yang ada di dunia ide penulis.
2.
Ada
pembentukan panitia
Pemilihan yang lalu tidak membutuhkan kepanitiaan
yang terstruktur karena yang dibutuhkan hanyalah moderator ataupun pembawa
acara yang bisa merangkap sebagai pengumpul suara beserta penghitung suara.
Pemilihan tahun ini, dibutuhkan sedikitnya 12 orang
untuk mengisi posisi kepanitiaan sebagai ketua, sekretaris, bendahara, seksi
acara, pubdekdok, dan konsumsi, mengingat banyaknya rangkaian acara yang akan
ditempuh.
3.
Akan
ada pendaftaran kandidat
Pemilihan
3 bakal calon dengan suara terbanyak untuk dijadikan kandidat seperti
tahun-tahun sebelumnya bukanlah cara terbaik. Karena tidak setiap orang yang
terpilih menjadi kandidat mempunyai kesiapan untuk menjadi ketua—mengingat 3
nama tersebut hasil todongan 2 menit sebelum pemilihan. Dan lebih seringnya,
yang terpilih adalah orang-orang yang tidak siap menjadi ketua sehingga tahap
pemaparan visi-misi menjadi ajang lucu-lucuan, ajang curhat bahwa kandidat akan
pulang ke tanah air tahun ini, dan ajang pertunjukkan lainnya. Dan bisa saja
orang yang sebenarnya lebih siap justru sepi peminat.
Oleh
karena itu, tahun ini akan diadakan pendaftaran kandidat yang akan dibuka
selama 4 hari pendaftaran +2 hari tambahan waktu (jika calon kurang dari dua).
6 hari pendaftaran kami kira cukup untuk memaksimalkan istikharah bagi
para kandidat.
Bagaimana
kalau tidak ada yang mau mendaftar?
Anggaplah
ada sedikitnya 50 orang di dunia ini yang peduli terhadap Misykati. 2 persen
saja dari jumlah tersebut ada yang—karena kepeduliannya, keterdesakan,
ketiadaan calon—bersedia maju sebagai ketua, kita akan mendapatkan satu calon.
Itu baru 2 persen dari 50! Bukankah ada ribuan orang yang peduli terhadap
Misykati?
4. Tahun
ini, visi-misi kandidat dapat dipersiapkan jauh-jauh hari
Pada pemilihan lalu, pemaparan visi-misi tidak
begitu diperhatikan. Hal ini terlihat jelas bagaimana pemaparan visi-misi
dilakukan persis setelah terpilihnya bakal calon. Visi-misi tidak seharusnya
hanya dipaparkan, tetapi juga harus dirancang dan dipikirkan secara mendalam,
dengan kesadaran penuh, melalui kontemplasi, didiskusikan dengan orang lain
termasuk pasangan hidup jika perlu dan memungkinkan, dan hal-hal tersebut
hampir tidak mungkin dilakukan dalam hitungan detik sebagaimana pemilihan lalu
yang karena belum menyiapkan bahan, tahap pemaparan visi-misi malah menjadi
ajang curhat.
5.
Kandidat
disediakan 11 hari masa kampanye
Selama
masa kampanye, bahkan sebelumnya, kandidat boleh memperkenalkan diri beserta
visi-misi dan program unggulannya, entah dengan memasang spanduk di Rumah
Bawel, memobilisasi massa ke Stadion Gelora Bung Dopir, ataupun dengan
cara-cara lain. Kandidat juga diperbolehkan menggunakan website Misykati untuk
kepentingan kampanyenya.
Adanya
masa kampanye ini dinilai penting untuk sebisa mungkin menanggulangi pertimbangan
memilih hanya karena faktor kedekatan maupun politik identitas berupa kesamaan
angkatan, ataupun sama-sama jihadis. Seseorang
juga bisa saja lebih memilih si A karena faktor yang tidak terlalu besar
efeknya seperti memprioritaskan etiket, nilai kesopanan, penggunaan politik
komunikasi dalam keseharian, atau bahkan pertimbangan yang tidak ada
relevansinya dengan kepemimpinan seperti kejenakaan, viralnya isu asmara, nilai
akademis, dan lain sebagainya.
6.
Ada
debat kandidat di Balai Cawiekers yang baru!
Fungsi
dari debat kandidat tidak jauh berbeda dengan kampanye; sebagai pengenalan.
Selain itu, dengan debat ini Misykatian bisa menilai para kandidat dari segi
moralitas dan kemampuan bernalarnya melalui visi-misi dan program-program yang
dapat dibahas bersama audiens secara interaktif, argumentasi yang diberikan,
dan jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh moderator maupun audiens.
7.
Lagi
liburan atau nikah di Indo? Sans, kalian tetap bisa memilih dengan
e-voting!
Bukan
klikbait lho ya, nomor 7 memang paling kinyis-kinyis. Sejak zaman
Pakdhe Habiburrahman sampai tahun lalu, e-voting benar-benar dipastikan
belum pernah diterapkan di pemilihan ketua Misykati.
Pemilihan Ketua Misykati biasa dilakukan di
bulan-bulan di mana banyak orang tidak berada di Kairo, entah liburan di negara
asal, maupun tuntutan lain yang benar-benar tidak memungkinkannya hadir di
acara pemilihan.
Dengan sistem terdahulu yang mana pemilih harus
hadir, jelas jumlah partisipan berpotensi sedikit dan tidak benar-benar
mewakili suara Misykatian. Oleh karenanya, panitia menyediakan 2 cara memilih:
Pemilihan Online (E-voting) dan Pemilihan Offline. So, saat
sedang muncak Semeru pun kamu bisa milih kandidat terbaikmu—kalau di puncak ada
sinyal.
Demikian 7 hal baru dalam pemilihan ketua Misykati
tahun 2019. Rangkaian acara pemilu ini dilaksanakan sejak 13 September silam
dan insyaallah akan ditutup dengan pemilihan offline dan penghitungan
suara pada tanggal 10 Oktober 2019.
Sistem tahun ini mungkin bukanlah sistem terbaik,
tapi penulis cukup percaya diri bahwa sistem ini lebih baik dari tahun-tahun
sebelumnya.
Selamat memilih, ciao!
Labels
Kemisykatian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar