artikel

[Artikel][threecolumns]

ruparupa

[RupaRupa][grids]

lontar

[Lontar][twocolumns]

Kajian Tasawuf dan Milal Wa Nihal Bersama Pakarnya

Sudah menjadi rutinan Misykati Mesir untuk mengadakan kajian mingguan setiap Selasa sore. Namun, pada kesempatan kali ini bisa dibilang berbeda dari pertemuan biasanya. Kajian kali ini langsung dipimpin oleh saudara H. Musabiq Habibie, Lc. –haji dan wisuda tahun ini—sebagai moderator. Sedangkan untuk presentator kajian kali ini adalah ketua Misykati, saudara Ayatullah El-Haqqi a.k.a Supri yang membahas mengenai MIlal wa Nihal. Juga satu lagi presentator yang tidak kalah saing, yaitu Sang Sufi Misykati; Pandhu Dewanata yang menghadirkan makalah bertemakan tasawuf.

Kajian dimulai tepat setelah para Misykatian melaksanakan salat Maghrib berjamaah, meskipun anggota yang hadir saat itu terbilang masih sedikit. Kajian dibuka oleh moderator yang kemudian dilanjutkan sesi pertama, yaitu presentasi tema tasawuf oleh saudara Pandhu. Dalam kesempatan kali ini, saudara Pandu memaparkan definisi tasawuf dari segi bahasa maupun istilah, kemudian dalil atau hujjah kebenaran tasawuf, serta objek dalam tasawuf. Saudara Pandhu membawakan makalahnya dengan lancar dan lugas, karena mungkin ini –bisa jadi— adalah satu bentuk dari pengalaman pribadinya.

Setelah saudara Pandhu memaparkan makalahnya, sesi selanjutnya langsung dilanjutkan dengan presentasi makalah oleh saudara Supri. Presentator kali ini menjelaskan tentang  konsep Milal wa Nihal dari segi definisi—baik secara etimologi maupun terminologi—, relasi Milal wa Nihal dengan agama, relasi antara Milal dan Nihal beserta perbedaanya, serta menjelaskan perbedaan antara agama samawi dan agama artifisial.

Usai para presentator menjelaskan makalahnya, moderator memberikan kesempatan bagi para Misykatian untuk memberikan saran, kritik, dan berbagi ide terhadap bagan maupun isi makalah. Juga memberikan kesempatan bagi siapa saja yang ingin bertanya mengenai makalah kepada para presentator. Pada kesempatan kali ini, pertanyaan lebih banyak mengarah kepada saudara Pandhu yang membahas mengenai Tasawuf. Seperti pertanyaan saudara moderator tentang ciri-ciri seorang sufi, kemudian pertanyaan dari saudara Furqon tentang bentuk pelanggaran syariat yang dilakukan sufi, bagaimana bisa seorang sufi bisa melanggar syariat, dan apakah ada tingkatan tertentu sehingga seorang sufi berpotensi melanggar syariat. Menurut saudara Pandhu, seorang sufi tidak bisa dilihat dengan kasat mata dan juga apa yang dilakukan seorang sufi terkadang memang kurang bisa kita pahami, karena itu semua dilakukan atas dasar “rasa”. Berbeda dengan saudara Pandhu, saudara Supri lebih banyak menerima kritikan daripada pertanyaan. Terlebih mengenai judul makalah–yang dirasa sebagian anggota Misykati—kurang mewakili isi makalah.

Setelah  para presentator mencoba menjawab semua pertanyaan, juga menanggapi beberapa argumen tambahan dari peserta, saudara moderator tidak langsung menutup kafe ilmiah malam tersebut sebab menu makan malam yang digarap Koki Nizar belum siap dihidangkan. Daripada menunggu tanpa kepastian, saudara Wahab–yang sempat tak terlihat setelah kedatangan lima dedek baru—berinisiatif untuk mengoreksi kesalahan penulisan ayat dalam tubuh makalah saudara Supri. Walaupun koreksi tersebut terlihat sepele, menurut Ustad Daus hal tersebut bisa menaikkan popularitasnya sebagai modal nyalon ketua Misykati tahun depan. Masih jauh memang, tetapi lebih halus. Lima menit usai mengoreksi kesalahan penulisan ayat, moderator mendapat kode satu dari Koki Nizar yang berarti hidangan sudah siap.

Ni'mah Zaidah
Calon Ustadzah alumnus Rumah Syariah khusus wanita. Pecinta bahasa Arab namun tidak ingin menikahi orang Arab. Pernah menjadi koki di salah satu channel Youtube.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar