artikel

[Artikel][threecolumns]

ruparupa

[RupaRupa][grids]

lontar

[Lontar][twocolumns]

Membahas Historiografi Qowaid Fiqhiyyah Bersama Kakanda Islah

Setelah kajian selasanan Misykati minggu kemarin membikin riuh karena makalah yang ngirit namun cukup menarik—menurut hadirin yang sebenarnya sudah memasuki masa pernikahan, Selasa kemarin (1/11/2016) kakanda Islahuddin Mubarok Lc. mengangkat tema Historiografi al-Qowaid al-Fiqhiyyah dengan makalah sepanjang 11 halaman.

Karena setelah salat Maghrib hanya ada beberapa Misykatian saja yang hadir, kajian ini akhirnya dimulai setelah salat Isya dengan Teteh Nelly sebagai moderator—yang kata Bangirung bakal membikin hadirin lebih bersemangat.

Setelah kakanda Islah meminta maaf karena makalahnya terlalu panjang dan membikin para pembaca muntah-muntah, beliau mulai memaparkan makalahnya. Mulai dari pengantar, definisi secara bahasa maupun istilah menurut beberapa ulama, sejarah perkembangan dari fase pertumbuhan hingga kebangkitan, serta evolusi bentuk dari Qowaid Fiqhiyyah. Pemateri juga menjelaskan bagaimana hukum berhujjah dengannya dan pembagian Qowaid Fiqhiyah dilihat dari berbagai sisi.

Setelah kurang lebih satu jam kakanda memaparkan makalah, beliau meminta maaf karena presentasinya telah memakan waktu yang begitu panjang. Akhirnya kakanda menawarkan presentasi singkat setiap sub-bab kepada para hadirin supaya kajian cepat selesai. Namun saking antusiasnya para hadirin, saran dari kakanda menjadi sekedar angin lalu.

Seusai presentasi, teteh Nelly membuka sesi pertanyaan dan tanggapan. Dan sekali lagi, saat hening karena para hadirin sedang mencari-cari pertanyaan, kakanda meminta maaf atas makalahnya yang terlalu panjang. Sepertinya beliau sangat merasa bersalah.

Pertanyaan datang dari berbagai penjuru. Namun, karena beliau sarat pengetahuan sebab banyak membaca buku—atau ke depannya beliau bisa dipanggil “perpus berjalan”—kakanda berhasil menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terlontar. Hanya kritik kepenulisan dari mang Amna yang membuat beliau mengucapkan terimakasih.

Di akhir sesi pertanyaan, Ustad Luthfil Anshori angkat bicara untuk memberi saran. Salah satunya terkait dengan ibid yang belakangan ini tidak digunakan karena sering terjadi kesalahan pengembalian referensi—dengan ibid—ke footnote sebelumnya.

Setelah kajian ditutup oleh teteh Nelly, ikan bulti ala koki Nizar Dean dihidangkan dengan nasi empuk  berbalut sambal pedas dan siap menggoyang mulut.

Fathur Rifa'i
Anak pertama dari pasangan kedua orang tuanya ini mempunyai permukaan wajah yang signifikan. Berbadan tambun dan penyayang kepinding. Terobsesi untuk mencari ilmu membuatnya lebih sering menyambangi banyak madyafah, keluar-masuk masjid, dan menghabiskan waktu dengan melintasi berbagai daerah. Mendukung Donald Trump menjadi presiden Amerika agar negara tersebut bebal, bobrok, dan hancur tak terkira.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar